Senin, 08 Juli 2013

Hakekat Cinta

Rasa cinta menjadi satu identitas yang selalu melekat dalam kehidupan para mahluk-Nya. Tanpa diundang, cinta hadir dan menyapa siapa saja. Membenamkan segala syak wasangka menjadi alunan dendang irama. Semakin dasyatnya cinta, banyak orang terlena dan salah mendefinisikan arti cinta. Lalu bagaimana sikap kita mengenai cinta?
Sebagai seorang muslim, ketika kita mencintai saudara seiman, cinta tersebut tidaklah ternoda oleh kecenderungan-kecenderungan duniawi atau hasrat-hasrat yang tersembunyi. Mutlak merupakan cinta persaudaraan sejati yang kemurniannya memancarkan cahaya petunjuk islam. Hal itu dapat membangun ikatan-ikatan yang menghubungkan seorang muslim dengan saudaranya, tanpa memandang ras, warna kulit atau bahasa. Hanya dipersatukan oleh keimanan kepada Allah semata.
Persaudaraan karena iman merupakan persaudaraan terkuat antara hati dan pikiran. Tidak mengherankan bahwa persaudaraan unik ini, menghasilkan buah-buah cinta yang sangat lembut, murni dan abadi. Islam menyebutnya "cinta hanya kepada Allah", dimana muslim menemukan manisnya iman.
Ada sebuah hadist yang berbunyi:
"Tiga hal yang siapa mampuh mencapainya, akan merasakan manisnya iman: jika Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari yang lain; jika ia mencintai seseorang hanya karena Allah; dan jika ia membenci ke-kafir-an, setelah Allah menyelamatkannya, sebagaimana ia benci jatuh dalam api neraka". (Muttafaqun 'alaih).
Cinta hanya kepada Allah dan bukan karena sesuatu yang lain dalam dalam kehidupan yang penuh dengan ketamakan, hasrat dan kepentingan, adalah sangat sulit dan tak seorang pun dapat mencapainya, kecuali orang yang memiliki hati suci, karena baginya dunia bukan apa-apa, jika dibandingkan dengan ke-ridhaan Allah swt. Prinsip yang demikian akan membawa berkah berupa anugrah yang tak terhingga dari Allah swt.
Nabi saw. sendiri, melihat dan memahami begitu luas biasanya potensi dari cinta. Kekuatannya dapat menyatukan umat manusia menjadi satu kumpulan masyarakat. Bahkan, beliau tidak pernah melewatkan waktu tanpa mengajarkan cinta.
Anas ra berkata, bahwa seseorang bersama Nabi saw. ketika orang lain lewat. Orang pertama berkata: "Ya Rasululullah, sungguh aku mencintai orang ini". Nabi saw. bertanya kepadanya, "Sudahkah engkau memberitahunya? " Ia berkata, "Belum". Nabi bersabda, "Katakan kepadanya, "Ia mengejar dan mengatakan kepadanya, "Sesungguhnya aku mencintaimu hanya karena Allah. "Dan orang tersebut menjawab, "Semoga Allah mencintai orang yang mencintaiku hanya karena-Nya".
Dalam sebuah riwayat lain oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah ra., Nabi SAW bersabda:
"Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, engkau tidak akan masuk Surga, sehingga engkau beriman, dan engkau tidak akan beriman, sehingga engkau saling mencintai. Bolehkah kukatakan kepadamu, yang jika engkau melakukannya, engkau akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian". (HR. Muslim)
Dalam pandangan Rasul tidak ada sesuatu pun yang dapat mengurangi kebencian, kecemburuan dan permusuhan dari hati manusia, kecuali persaudaraan sejati, yang didasarkan pada cinta, persahabatan dan saling memberikan nasihat. Sehingga beliau mengajak muslim untuk menebarkan salam di antara saudara-saudara mereka, sehingga akan membuka hati mereka untuk saling mencintai dan bertemu dalam kondisi yang baik.